Sepihnya di Mutianyu Tembok China ,,,, cerita kami disana ( bagian 1 )
Tulisan ini merupakan kelanjutan tulisan yang sebelumnya ….. jika tulisan sebelumnya tentang Tembok China dan Mutianyu-nya. Nah di tulisan ini, tentang cerita kami langsung menikmati perjalanan ini. Jadi tulisan-nya memang benar2 kami alami langsung yah …. Cerita lainnya selama kami di negara China bisa dilihat di link ini yah … Mutianyu Tembok
How we made it’s .. Bus dari Xian ke Mutianyu Tembok China
Dari penginapan kami menggunakan subway menuju stasiun Dongzhimen ( Line 2 dan 3 ). Dari stasiun inilah kami mengalami masalah (lagi) … ternyata terminal dan stasiun ini menyatu. Dengan ukuran yang cukup luas, kami tidak menemukan counter informasi. Makin ribet kan ….. bermodalkan contekan berupa rute bus dalam tulisan lokal yang sudah kami print kami tunjukan kepada orang2 terpilih hahahah ….
Yang bikin nganu itu ….. kami lupa melihat prakiraan cuaca. Alhasil ….. ternyata hari ini cuaca cukup berbeda dengan hari sebelumnya. Jika kemarin cuaca sangat cerah pakai banget. Hari ini angin bertiup lebih kencang dari hari kemarin …. mboh bakal ujan atau tidak …. Dan setelah bertanya kepada beberapa orang terpilih …. Ternyata …. “terminal” yang kami tuju ini terpisah dari terminal Dongzhimen. Pantas aja nyarinya rada-rada rumit juga. Tapi akhirnya …… kami sampai menuju “terminal” yang kami tuju.
Jadi ingat tahun lalu pas baru mendarat di hotel di Osaka. ketika mencoba check in walau akhirnya gagal. tapi bapak2 resepsionis bertanya hari ini ada topan ….. sayangnya, di Beijing tidak ada yang mengingatkan kami. yah semoga aja ini moga topan seperti tahun lalu. … wakajajaj
Setibanya di “terminal” saya mencari bus yang sesuai dengan contekan saya. Sebenarnya ada bus 916 Express yang memang berhenti tepat di pintu masuk Mutianyu, tapi karena sudah kesiangan jadi bus itu sudah jalan. Pilihan lain yah seperti yang saya tulis di tulisan sebelum ini. Naik bus umum 916( bukan express), turun di halte lalu lanjut omprengan / minivan.

Jadilah kita naik bus tersebut. Tapi …. demi keselamatan dan kenyamanan, sebelum naik bus, gua tunjukin contekan gua ke bapak supir yah. Dan kita disuruh naik ke atas bus. cring … cring … cring …. kartu transportasi kami tap di reader yang terletak di samping supir. Tidak lama berselang, bapak supir mulai beraksi menunjukkan keahliannya dan mengantar kami menuju lokasi.
Diatas Bus Xian ke Mutianyu …
Karena kami menggunakan bus umum jadi melewati jalur biasa. Satu dua tiga, penumpang naik dan turun silih berganti. Kami mah setia saja di atas bus. Sebenarnya gua tau estimasi perjalanan wajar dengan bus ini sekitar dua jam perjalanan. Jadi awalnya ga perlu terlalu khawatir. Akhirnya …. karena bete, gua pun ketiduran …. ternyata udara di dalam bus ini cukup sejuk …..
Setelah sekian lama tidur nyenyak gua pun terbangun lagi. Dengan muka polos liat jam, ooo ternyata gua tidur tidak terlalu lama … paling hanya satu jam …. hahahahah …. Kalau melihat contekan, mungkin beberapa menit lagi gua akan diusir diturunkan dari bus di daerah antah berantah. hahahaha ….
Bus memasuki kota kecil yang rapih namun sepih … jalannya lebar tapi kendaraan bermotor tidak begitu banyak , masih bisa dihitung dengan jari. Bukannya diturunin ternyata bus malah keluar dari kenyataan eh “keramaian” kota ini. Dan keadaan menjadi semakin sepih … hadooww …..
Masih dengan muka ngantuk gua kuatin menahan mata agar tidak tidur lagi. Saat ini bus hanya berisi kami, supir sama kalau ga salah 2 atau 3 penumpang lain. Sejak di kota Beijing, penumpang lain lebih banyak yang naik dan turun untuk jarak dekat saja. Dan benar saja …. tidak berselang lama, pak supir seperti memberi kode … iya kode bukan modus ….
bus sebenarnya masih jalan tapi dia kayak teriak great wall or what ever lah …. ga jelas … namun setelah memelankan kendaraan dan berhenti di depan halte, pak supir menoleh ke belakang dan teriak oiii turun …. ga dinkk …. dari depan dia memberi kode tangan menunjuk ke luar …. karena memang di bus tinggal kami, jadi gua iyain aja donk. Kami pun akhirnya turun dan benar saja ….
saat kami turun hanya ada kami dan bus yang mulai menjauh dari halte kami diturunkan….
Dewa Penolong dari halte bus ke Mutianyu …
Gua kira kami akan diturunkan di lokasi yang ramai sehingga kami bisa mencoba peruntungan bertanya kepada mereka. Ternyata ini salah besar. Kami …. dimana … mboohlah …. mencari tanda2 kehidupan pun tidak ada. kacau dah ini ….
Ucluk ucluk ada bapak2 datang dengan membawa leaflet great wall. Sekilas dia menawarkan sesuatu , dengan bahasa Inggris seadanya dan kami pun bahasa Inggris seadanya. Yah jadi adanya begini… seadanya …. dari leaflet sepertinya bapak itu menawarkan mengantar kami ke great wall. Cuman ga yakin apakah dia menawarkan juga paket wisata atau cuman mengantar dan apakah biaya yang dia sebutkan itu perorang atau permobil dan PP kah. Dll …
Setelah mendengarkan tawaran si bapak, kami pun berembuk. Sebenarnya agak rumit si, apa yang mau dirembukkan ? Karena kami pun blank. Mau nawar ya ga bisa wonk kita juga ga tau apakah tarif ini sesuai atau kemahalan, tidak ada orang lain di lokasi ini …. yah akhirnya harus dibikin enak saja …. kami putuskan kami terima tawaran bapak tersebut. Deal …
Ramai … engga di Mutianyu
Menumpang kendaraan bapak ini kami pun pasrah lagi. Kalau kalau kami diculik ….. ah sudahlah …. Dengan kecepatan stabil, sekitar 60km/jam kami melalui jalan yang cukup halus dan semakin sepih. Hanya terlihat satu dua mobil dan rumah. Dan akhirnya …. setelah sekitar 30 menit perjalanan kami pun melihat “keramaian”.

Pan udah di bilang Mutianyu ini belum begitu ramai. Bapak supir mengantarkan kami ke pelataran parkir Mutianyu. Ternyata disini sudah mulai hujan. Akhirnya kami memutuskan membeli jas ujan. Yang kalau di stasiun2 KRL di Jakarta itu harganya IDR 15rb. Disini harganya jadi IDR70rb. Yah dari pada ga ada trus ujan2an kan …. tidak lupa bapak supir ini memberikan no hapenya kepada kami. Sekilas dia bilang hubungi saya jika sudah selesai.
Hujan , Lapar , Ngantuk
Tidak bisa di tolak lagi, setelah perjalanan panjang sekitar 2 jam, sekarang perut terasa kosong. Apalagi disini juga hujan. Selain itu, udaranya lumayan dingin. Mungkin sekitar 20 derajat, mirip di puncak kali yah. Dari parkiran ini kami jalan sekitar 50 meter menyeberang jalan yang super duper wafer sepih banget. Kami langsung masuk menuju gedung, kayaknya gedung utama karena kami kesulitan menemukan signate lokasi ini.
Ternyata keadaan didalam tidak jauh berbeda dengan diluar. Selain sama sepihnya, sama pula dinginnya. Sekilas ada orang yang membeli tiket, jadilah kami ikutan membeli juga. Bangunan seluas lapangan tenis ini bagaikan ruang tunggu / berteduh bagi pengunjung. Tapi tidak ada counter makanan dan vending machine. Hanya ada tv led besar, counter informasi dan tiket. Sedangkan toilet terletak di bangunan yang terpisah.