House of Sampoerna , sejarah yang mengasyikan
Terletak di pusat kota Surabaya, ibukota Provinsi Jawa Timur ada yang sebuah kompleks pabrik yang juga dimanfaatkan sebagai sarana museum. Jika di kota Jakarta ada gudang Sarinah yang dijadikan tempat pameran. Kalau disini pamerannya permanent sepanjang tahun dan juga gratis.
Jika teman2 sedang berada di kota ini dan tertarik dengan wisata2 yang berbau sejarah, museum ini salah satu yang wajib kamu kujungi. Secara garis besar museum akan membahas rokok di Indonesia. Namun secara khusus museum ini membahas rokok dan sejarah HM Sapoerna, pemilik pertama pabrik rokok ini.

House of Sampoerna
Museum yang terletak di daerah Surabaya Lama ini memiliki beberapa bangunan megah yang bergaya kolonial Belanda. Kompleks seluas 1,5 hektar ini awalnya merupakan panti asuhan putra. Yayasan didirikan pada tahu 1858 dengan nama “Jongenns Weezeen Inrichting”. Dan selesai dibangun pada tahu1864. Pada tahun 1912 panti asuhan dipindahkan ke Jalan Embing Malang dengan nama Indonesia ” Yatim Warga Indonesia”. Dan kemudian berpindah ke daerah Batu.
Bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee pendiri Sampoerna pada tahun 1932 dan dijadikan tempat pertama produksi rokok Sampoerna. Pada tahun tersebut, Liem sudah mendapatkan kesuksesannya. Dan sejak saat itu tempat ini diberi nama Pabrik Taman Sampoerna.
Pabrik , rumah dan Museum
Nah balik lagi ke intermezo di awal tadi. Kompleks ini bukan hanya sebuah pabrik, tapi juga merupakan sebagai tempat museum.
Memasuki gerbang kompleks ini, kita akan melihat langsung bangunan kolonial Belanda. Besar dan megah. Setelah memarikan kendaraan kita dapat langung masuk ke bangunan utama dan kita akan langsung disambut dengan bau khas bahan dasar rokok, daun tembakau. Bangunan utama Museum di kompleks ini terhubung langsung dengan pabrik dibelakangnya. 4 pilar besar bertengger di depan gedung utama, yang saat ini dijadikan museum sekaligus pabrik di bagian belakang gedung.
Saya tidak menemukan informasi apakah ruangan ini dahulu dimanfaatkan sebagai kantor atau tempat sang pemimpin/pemilik mengawasi proses pelintingan. Sedangkan di papan informasi yang tersedia mereka menyebut disana ada gedung bioskop yang sempat dikunjungi Dr. Ir. Soekarno dan Charlie Chaplin.
Karena di dalam museum ini hanya terdapat tiga bagian ruangan besar. Tidak ada ruangan2 kecil lainnya layaknya bangunan2 kolonial Belanda sepertindi Stasiun Ambarawa maupun kota Tua Jakarta. ** Baca juga cerita saya di museum Ambarawa yah **
Di ruangan terdepan museum ini disajikan karung goni yang berisi beberapa contoh tembakau. Bukan hanya satu jenis tembakau, namun ada beberapa jenis. Namun saya lupa ini tembakau asli atau bukan. Dan di sisi kanan pintu masuk ini memang terdapat beberapa kursi dan meja jadul2.
Memasuki ruangan berikutnya, kita akan disajikan informasi yang berbeda lagi. Ada alat-alat labolatorium yang dipergunakan untuk menguji hasil kualitas bahan baku dan hasil produksi pabrik rokok Sampoerna. Alat2 yang disajikan pun memang alat2 jadul sejak pertama kali pabrik ini berdiri. Selain itu beberapa bungkus rokok produk-produk dari Sampoerna yang dijual di dalam maupun di luar negeri disajikan sebagai bagian dari sejarah mereka.

Paspor tim Marching Band
Ada sesuatu yang unik di ruangan ini. Di sudut kiri dari sisi pintu masuk dipajang bebrapa paspor, visa , stempel yang sama sekali tidak ada hubunganya dengan proses produksi. Tim yang berkekuatan 234 pekerja pabrik (sesuai merk rokoknya) ikut berpartisipasi dalam Tournaments of Roses di Pasadena, California pada tahun 1990-an. Dan mereka ikut berparade dengan kendaraan hias Garuda dan tema “Unity in Diversity”, dan memenangkan The International Trophy.

The Residence
Selain pabrik yang sampai saat ini masih aktif digunakan untuk proses produksi. Disamping sini ada sebuah rumah yang kondisi nya masih sangat terjaga. Konon menurut info yang tersedia, rumah ini memang merupakan tempat tinggal sang pemilik. Prinsip sang pemilik saat itu, dengan memiliki rumah di samping pabrik, beliau jadi sangat mudah mengawasi keadaan pabriknya. Masuk akal sih ….

Roll Royce Silver Shadow Sasis Panjang SL234
Juga ada sebuah mobil yang masih menggunakan plat Singapore. Generasi kedua Aga Sampoerna ( Liem Swhie Ling ) menggunakan mobil ini di Singapura antara tahun 1972-1994. Dibuat oleh pabrik Roll Royce di Inggris. Mobil ini merupakan salah satu dari 2.776 Silver Shadow Sasis Panjang yang pernah dibuat oleh Roll Royce antara 1965-1977.
Pada tahu2002, Pemerintah menginzinkan mobil ini dibawa ke Indonesia untuk kebutuhan pameran. Walaupun kendaraan ini masih bisa digunakan, tetapi kendaraan ini tidak boleh digunakan karena tidak memiliki plat no Indonesia. Sedangkan plat no yang ada saat ini ( SL 234) adalah no asli disana.
Melihat proses produksi
pada pagi hari saat jam pabrik beroperasi. Melalui kaca sepanjang 20-mtr yang terletak di lantai 2 museum ini kita dapat melihat puluhan karyawan dengan gerakan serentak melaksanakan keahlian mereka melinting rokok bersamaan.
Jika proses produksi sedang berlangsung, untuk dapat mengambil gambar dengan latar area pelintingan ini harus melalui proses izin terlebih dahulu. Karena kami datang saat tidak ada proses pelintingan, jadinya kami tidak perlu mengurus izin. Hal tanya2 ke mbak2 staff penjaga booth souvenir di lantai dua ini, izin
Baca juga cerita kami ke bukit Jaddih Madura. Yang letaknya 1 jam perjalanan dari kota Surabaya.
How to get there
Saya tidak tau apakah ada angkutan umum yang melewati daerah ini. Namun dari jalur utama jalan Rajawali kamu tinggal jalan sekitar 700 mtr. Jalur utama ini letaknya tidak jauh dari jembatan merah. Terletak di daerah Surabaya Lama. Yang juga terkenal dengan wisata sejarah.
Tips :
- Tempat ini cocok untuk kamu yang suka dengan wisata sejarah
- Kalau kamu ada alergi dengan bau tembakau, sebaiknya tidak berkunjung ke sini
Related Posts

Siapakah program, programming dan programmer

Survey Korea Jepang : Tips berkunjung ke Tateyama Kurobe Alpine Route ( Dinding Salju )
